Tugas :
Dampak Pasar Modern Terhadap Pasar Tradisional
Maraknya pembangunan pasar modern seperti hypermarket dan
supermarket telah menyudutkan pasar tradisional di kawasan perkotaan, karena
menggunakan konsep penjualan produk yang lebih lengkap dan dikelola lebih
profesional. Kemunculan pasar modern di Indonesia berawal dari pusat
perbelanjaan modern Sarinah di Jakarta pada tahun 1966 dan selanjutnya diikuti
pasar-pasar modern lain (1973 dimulai dari Sarinah Jaya, Gelael dan Hero; 1996
munculnya hypermarket Alfa, Super, Goro dan Makro; 1997 dimulai peritel asing
besar seperti Carrefour dan Continent; 1998 munculnya minimarket secara
besar-besaran oleh Alfamart dan Indomaret; 2000-an liberalisasi perdagangan
besar kepada pemodal asing), serta melibatkan pihak swasta lokal maupun asing.
Pesatnya perkembangan pasar yang bermodal kuat dan dikuasai oleh satu manajemen
tersebut dipicu oleh kebijakan pemerintah untuk memperkuat kebijakan penanaman
modal asing.
Dampak dari hal yang dikemukakan, menurut survei AC Nielsen
pada tahun 2004 didapatkan data bahwa pertumbuhan pasar modern 31,4% dan pasar
tradisional bahkan minus 8,1%. Hal ini menunjukkan adanya masalah yang dihadapi
pasar tradisional sebagai wadah utama penjualan produk-produk kebutuhan pokok
yang dihasilkan oleh para pelaku ekonomi skala menengah kecil. Namun demikian,
pemerintah tetap berupaya membangun pasar tradisional di seluruh daerah dan
juga hasil survei AC Nielsen, 29% konsumen tetap mengunjungi pasar tradisional
dengan alasan harga lebih murah, harga dapat ditawar, banyak pilihan makanan
dan produk segar, lokasi dekat dengan rumah, menyediakan segala yang diperlukan
dan lainnya.
Dari ilustrasi (fakta dan data) yang dikemukakan, banyak hal
yang sebenarnya membuat pasar tradisional mulai kehilangan tempat di Indonesia,
khususnya di kota-kota besar. Perilaku konsumen semakin demanding karena
konsumen kian memahami haknya, sedangkan di sisi lain mereka hanya memiliki
waktu dan kesempatan yang semakin terbatas untuk berbelanja. Perubahan perilaku
konsumen yang cenderung demanding menyebabkan mereka beralih ke pasar modern.
Pasar-pasar modern dikemas dalam tata ruang yang apik, terang, lapang, dan
sejuk. Pengalaman berbelanja tidak lagi disuguhi dengan suasana yang kotor,
panas, sumpek, dan becek. Konsumen kian senang menjadi raja yang dimanja.
Pasar tradisional beroperasi dalam jam yang terbatas, umumnya
hanya beroperasi pada pagi hari dan tidak buka sampai sore atau malam hari.
Para wanita yang bekerja biasanya memanfaatkan waktu istirahat makan siang
untuk sekaligus berbelanja kebutuhan keluarga di pasar modern yang dekat dengan
lokasi kerjanya. Tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan semakin
meningkat, kurang dapat ditangkap oleh pengelola pasar tradisional yang tidak
begitu memerhatikan kebersihan pasar dan fasilitas pasar. Kehadiran pasar-pasar
modern membuat belanja menjadi suatu wisata keluarga yang memberikan pengalaman
tersendiri.
Tahapan yang diperlukan oleh pasar tradisional untuk
meningkatkan daya saing usahanya maupun bertahan (menghindar dari kematian)
dalam kompetisi bisnis ritel menurut analisis masa depan terhadap organisasinya
dalam memunculkan kegiatan ekonomi yang dapat menyerap kesempatan kerja dan
pengembangan wilayah (praktik dan strategik) adalah kemampuan daya tanggap,
kelincahan, kemampuan belajar, kompetensi modal insani dan kreativitas operator
pasar tradisional sebagai bagian dari keunggulan organisasi belum menghasilkan
kapasitas, fleksibilitas dan keragaman yang luas. Sebagai akibatnya pasar
tradisional selalu identik dengan tempat belanja yang kumuh, becek serta bau,
dan karenanya hanya didatangi oleh kelompok masyarakat kelas bawah.
Pembangunan pasar tradisional pada tempat-tempat khusus yang
nyaman seperti pasar tradisional kompleks perumahan BSD yang terintegrasi
dengan melibatkan pengembang sebagai bagian dari tanggung jawab sosial
perusahaannya, terbukti berhasil meningkatkan status pasar tradisional sebagai
pusat kegiatan ekonomi masyarakat luas yang dapat menyerap kesempatan kerja dan
pengembangan wilayah. Pasar tradisional BSD terbukti dapat hidup dan berkembang
pesat karena ramai dikunjungi seluruh lapisan masyarakat, yang tidak hanya dari
BSD tetapi juga dari daerah sekitarnya seperti Bintaro dan Pondok Indah.
Kebijakan pemerintah (Keppres, Kepmen) yang berkaitan dengan
pasar modern dan konsep manajemen kewirausahaan dalam memperbaiki pasar
tradisional harus dilakukan dengan meningkatkan keunggulan pasar tradisional
sehingga menghasilkan kapasitas, fleksibilitas dan keragaman yang luas sehingga
membuat pasar tradisional menjadi pusat kegiatan ekonomi masyarakat luas yang
dapat menyerap kesempatan kerja dan pengembangan wilayah.
Membiarkan pasar tradisional apa adanya dan meminta
pemerintah menghambat pengembangan pasar modern tidak akan membantu pasar
tradisional untuk bertahan hidup. Masyarakat selaku konsumen semakin menuntut
kenyamanan, dan jika hal tersebut tidak dapat dipenuhi pasar tradisional, maka
secara otomatis mereka akan beralih ke pasar modern. Lonceng kematian pasar
tradisional telah berdentang, dan pengunjung setia yang terakhir akan
meninggalkan pasar tradisional ketika pasar tersebut tidak mampu memenuhi
kebutuhannya lagi. Keberadaan pasar tradisional tidak dapat diatur atau
dilindungi oleh peraturan pemerintah setingkat apapun. Pasar tradisional hanya
dapat dipertahankan jika mereka disediakan tempat khusus yang nyaman dan
disediakan oleh pemerintah. Atas alasan itu pula, pasar modern tidak dapat
dipersalahkan.
Pemerintah kurang melakukan pemberdayaan pasar tradisional
sebagai pusat kegiatan ekonomi yang masih dibutuhkan oleh masyarakat luas, dan
agak lambat menerapkan teknologi yang efektif dan metode baru untuk mengubah
pasar tradisional menjadi pasar yang bersih dan nyaman bagi pengunjung tanpa
membebani pedagang dengan biaya renovasi kios yang cenderung mahal.
Meskipun informasi tentang gaya hidup modern dengan mudah
diperoleh, masyarakat tampaknya masih memiliki budaya untuk tetap berkunjung
dan berbelanja ke pasar tradisional. Terdapat perbedaan yang sangat mendasar
antara pasar tradisional dan pasar modern. Perbedaannya adalah masih adanya
proses tawar-menawar harga di pasar tradisional, sedangkan di pasar modern
harga kondisinya sudah “kaku” dengan label harga. Dalam proses tawar-menawar
terjalin kedekatan personal dan emosional antara penjual dan pembeli yang tidak
mungkin didapatkan ketika berbelanja di pasar modern. Romantisme masa lalu ini
masih dan mendapat tempat dalam budaya tradisional yang mempertahankan
eksistensi pasar tradisional. Hal ini sejalan dengan hasil survei AC Nielsen
yang masih menempatkan 29% konsumen sebagai konsumen fanatik pasar tradisional
dengan berbagai alasan. Beberapa pasar tradisional yang “legendaris” dan telah
menjadi bagian dari nilai budaya tradisional antara lain adalah pasar
Beringharjo di Yogyakarta, pasar Klewer di Solo, dan pasar Johar di Semarang.
Untuk menciptakan pasar yang baik, setidaknya paradigma yang
perlu dilakukan yaitu paradigma dalam memandang pasar harus bergeser dari
tempat bertransaksi ekonomi menjadi ruang publik tempat berlangsungnya
interaksi sosial. Pasar yang sukses secara inheren memiliki bermacam-macam
ruang yang berfungsi sebagai ruang publik, misalnya jalan, gang, tangga,
trotoar, plaza terbuka, dan lain-lain, di mana tindakan untuk mencegah masyarakat
menggunakan barang publik yang milik umum tersebut akan menjadi sangat mahal
atau sulit, karena hak-hak “kepemilikan” terhadap barang-barang tersebut sangat
labil dan sulit dispesifikasi secara tegas.
Model revitalisasi pasar tradisional difokukan pada upaya
memperbaiki jalur distribusi komoditas yang diperjual-belikan di pasar-pasar
tradisional. Distribusi sini mengandung makna yang luas, mulai dari pemilahan
komoditas, pengangkutan; bongkar muat, pengemasan, hingga penjualan komoditas
di pasar, pembangunan pasar jangan dihambat oleh kepentingan mencari keuntungan
finansial karena pembangunan pasar selain memiliki tujuan sosial juga berperan
untuk mereduksi biaya sosial, dimana revitalisasi pasar tradisional harus
dipandang sebagai investasi jangka panjang dalam kerangka pengembangan properti
kota (property development). Modernisasi pasar juga merupakan langkah untuk
meningkatkan perekonomian pedagang kecil.
Modernisasi pasar disini dimaksudkan sebagai upaya
pengelolaan pasar secara modern sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat,
sekaligus untuk menghambat beralihnya tempat belanja masyarakat. Model
kemitraan pemerintah kota perlu melibatkan pengembang untuk
merevitalisasi pasar. Pasar tradisional harus dikelola secara kreatif untuk
memecahkan persoalan ruang usaha bagi masyarakat. Ragam pasar yang lebih
transformatif seperti pasar tematik dapat dikembangkan menjadi model
pengembangan pasar modern agar pasar modern tidak memonopoli seluruh komoditas
yang menyebabkan daya saing pasar tradisional makin lemah.
Kunci solusi sebenarnya ada di tangan pemerintah. Yang
diperlukan adalah aturan tata ruang yang tegas yang mengatur penempatan pasar
tradisional dan pasar modern. Misalnya tentang berapa jumlah hypermarket yang
boleh ada untuk setiap wilayah di satu kota. Lalu berapa jarak yang
diperbolehkan dari pasar tradisional jika pengusaha ingin membangun
supermarket. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mengantisipasi ancaman
kebangkrutan pada pasar tradisional akibat kepungan pasar modern yang tidak
terkendali, dan memberikan wahana persaingan yang sehat antara keduanya.
Selain itu, perlu merubah tampilan pasar tradisional agar
bisa lebih nyaman dan teratur. Sayangnya pembenahan pasar rakyat ini tampaknya
lebih sering mengedepankan kepentingan investor daripada kepentingan para
pedagang sendiri. Harga kios yang tinggi tanpa kompromi kerap membuat pedagang
jera mendengar kata pembenahan. Keadaan ini tidak jarang akhirnya menimbulkan
perselisihan antara pedagang lama dengan investor yang ditunjuk pemerintah untuk
merevitalisasi pasar tradisional (Indrakh, wordpress.com. 2007).
Untuk menciptakan kondisi lingkungan pasar tradisional yang
lebih baik dan lebih nyaman, kebijakan-kebijakan yang akan membantu
meningkatkan daya saing pasar tradisional harus diciptakan dan dilaksanakan,
dengan upaya-upaya : Pertama, memperbaiki infrastruktur. Hal ini mencakup
jaminan tingkat kesehatan dan kebersihan yang layak, penerangan yang cukup, dan
lingkungan keseluruhan yang nyaman. Contohnya, konstruksi bangunan pasar
berlantai dua tidak disukai dikalangan pedagang karena para pelanggan enggan
untuk naik dan berbelanja di lantai dua. Untuk itu, Pemerintah Daerah dan
pengelola pasar tradisional swasta harus melihat pasar tradisional bukan hanya
sekadar sebagai sumber pendapatan.
Melakukan investasi dalam pengembangan pasar tradisional dan
menetapkan Standar Pelayanan Minimum (SPM). Hal ini mensyaratkan pengangkatan
orang-orang berkualitas sebagai pengelola pasar dan memberikan mereka wewenang
yang cukup untuk mengambil keputusan sehingga mereka tidak hanya bertindak
sebagai pengumpul retribusi semata. peningkatan kinerja pengelola pasar dengan
menyediakan pelatihan atau evaluasi berkala. Selanjutnya, pengelola pasar harus
secara konsisten berkoordinasi dengan para pedagang untuk mendapatkan
pengelolaan pasar yang lebih baik. Kerjasama antar Pemda dan sektor swasta
dapat menjadi contoh solusi untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional.
Pedagang tradisional selama ini selalu dihadapkan pada
masalah permodalan dan jaminan/asuransi atas barang dagangannya. Oleh sebab
itu, sudah saatnya Pemda dan lembaga keuangan setempat memperhatikan hal ini.
Strategi pengadaan barang yang kerap menjadi strategi utama pedagang
tradisional adalah membeli barang dagangan dalam bentuk tunai dengan menggunakan
dana pribadinya. Kondisi ini berdampak negatif terhadap usaha. Mereka menjadi
sangat rentan terhadap kerugian yang disebabkan oleh rusaknya barang dagangan
dan fluktuasi harga yang tidak menentu.
Dengan menempatkan rumusan efektivitas diatas efisiensi,
ketika lonceng kematian pasar tradisional telah berdentang dan pengunjung setia
yang terakhir telah meninggalkan pasar tradisional yang tidak mampu lagi
memenuhi kebutuhannya, sebesar apapun romantisme yang merepresentasikan
nilai-nilai budaya tradisional, pasar tradisional akan tinggal kenangan dan
menjadi ikon penghias museum peradaban masa lalu bangsa ini. Pasar tradisional
yang tidak mampu berubah menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, jelas bukan
tipe organisasi masa depan yang dapat selalu menyesuaikan dirinya dengan
perubahan lingkungan. Untuk mempertahankan eksistensi pasar tradisional,
dibutuhkan intervensi seluruh pemangku kepentingan untuk merubah organisasi
pasar tradisional saat ini menjadi organisasi masa depan yang memiliki
kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang selalu berubah.
TINGKAT MOTIVASI DAN
KESEJAHTERAAN PETANI STRAWBERRY DI KECAMATAN
MALANGBONG
KABUPATEN GARUT
PROPOSAL PENELITIAN
diajukan
guna memenuhi salah satu syarat menyelesaikan tugas
mata
praktikum Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi
pada Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember
Pembimbing:
Nirgasari
Oleh:
Zainal Abidin
Nim 101510601062
PROGRAM
STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2011
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Penduduk Indonesia
sebagian besar adalah petani, mereka melakukan usaha taninya pada lingkungan yang
beragam dan rentan resiko. Perjuangan masyarakat petani mengembangkan cara yang
tak terbatas untuk mendapatkan pangan dan serat dari tanaman. Suatu cakupan
keragaman sistem pertanian telah berkembang yang masing-masing di sesuaikan
dengan kondisi ekologis lokal dan sangat terikat dengan budaya lokal. Suatu
pandangan yang lebih dekat pada pertanian “tradisional” menunjukan bahwa mereka
tidaklah statis.
Hortikultura
berasal dari kata “hortus” (= garden
atau kebun) dan “colere” (= to cultivate atau budidaya). Secara
harfiah istilah Hortikultura diartikan sebagai usaha membudidayakan tanaman
buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Hortikultura merupakan suatu cabang dari
ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias.
Ditinjau dari fungsinya tanaman hortikultura dapat memenuhi kebutuhan jasmani
sebagai sumber vitamin, mineral dan protein (dari buah dan sayur), serta
memenuhi kebutuhan rohani karena dapat memberikan rasa tenteram, ketenangan
hidup dan estetika (dari tanaman hias/bunga).
Peranan
hortikultura adalah : a). Memperbaiki gizi masyarakat, b) memperbesar devisa
negara, c) memperluas kesempatan kerja, d) meningkatkan pendapatan petani,
dan e) pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan. Namun
dalam kita membahas masalah hortikultura perlu diperhatikan pula mengenai sifat
khas dari hasil hortikultura, yaitu : a). Tidak dpat disimpan lama, b) perlu
tempat lapang (voluminous), c) mudah
rusak (perishable) dalam
pengangkutan, d) melimpah/meruah pada suatu musim dan langka pada musim yang
lain, dan e) fluktuasi harganya tajam (Ninda, 1997).
Mengetahui manfaat
serta sifat-sifatnya yang khas, dalam pengembangan hortikultura agar dapat
berhasil dengan baik maka diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam terhadap
permasalahan hortikultura tersebut. Hortikultura adalah komoditas yang akan
memiliki masa depan sangat cerah menilik dari keunggulan komparatif dan
kompetitif yang dimilikinya dalam pemulihan perekonomian Indonesia waktu
mendatang. Oleh karenanya kita harus berani untuk memulai mengembangkannya pada
saat ini. Seperti halnya negara-negara lain yang mengandalkan devisanya dari
hasil hortikultura, antara lain Thailand dengan berbagai komoditas hortikultura
yang serba Bangkok, Belanda dengan bunga tulipnya, Nikaragua dengan
pisangnya, bahkan Israel dari gurun pasirnya kini telah mengekspor apel, jeruk,
anggur dan sebagainya.
Strawberry merupakan
salah satu komoditas buah buahan yang terpenting dunia, terutama untuk negara
negara iklim tropis. Permintaan dunia akan buah stawberry cenderung terus
meningkat dari tahun ke tahun. Daya serap pasar yang semakin tinggi, hal ini
berarti agribisnis strawberry mempunyai prospek yang cerah. Negara yang
beriklim subtropis pengembangan budidaya strawberry di jadikan salah satu sumber
devisa. Produksi buah strawberry di dunia telah menghasilkan 650.000 ton setiap
tahunnya. Negara produsen dan pengekspor saat ini adalah Amerika Serikat,
Jepang, Meksiko Polandia dan Italia. Perkembangan selanjutnya, baik secara
cepat maupun lambat daerah daerah yang beriklim tropis pun akan menaruh
perhatian yang besar terhadap agribisnis tanaman strawberry.
Budidaya
strawberry pada mulanya di dominasi daerah daerah atau beriklim subtropis, akan
tetapi seiring perkembangan ilmu dan teknologi pertanian semakin maju, kini
strawberry mendapatkan perhatian pengembangan di daerah beriklim tropis.
Penanaman strawberry di Indonesia sudah lama di rintis sejak zaman
kolonialisasi Belanda, akan tetapi pengembangannaya masih dalam skala kecil.
Walaupun strawberry bukan tanaman Indonesia namun pengembangan komoditas ini yang
berpola agribisnis dan agroindustri dapat di ketagorikan sebagai satu sumber
pendapatan baru dalam sektor pertanian. Fakta ini didasari dengan semakin
banyaknya penggemar stawberry baik konsumsi dalam keadaan segar maupun yang
telah di olah menjadi berbagai macam makanan.
Strawberry
tumbuh dengan baik pada tanah dengan drainase yang baik. Biasanya di pilih
tanah lempung berpasir dengan pH 5,8-6,5. Pemilihan lokasi untuk penanaman
strawberry sedapat mungkin dihindari dari tanah yang pernah di tanami kentang,
terung, tomat dan cabai dalam tiga tahun terakhir. Tanah yang pernah yang
ditanami tanaman tersebut kemungkinan besar telah tercemar oleh cendawan verticilium yang menyebabkan kelayuan
pada tanaman. Tanah juga perlu di garpu agar lapisan tanah tidak memadat.
Pemadatan tanah dapat menghalangi proses penyerapan air dan menyebabkan air
tergenang pada daerah akar. Tanah yang terlalu basah ini dapat mempertinggi
kemungkinan penyakit pada akar (Gunawan,
1996).
Tanaman
strawberry yang tumbuh terlalu rimbun, mempunyai banyak daun dan sulur sehingga
akan menjadi kurang produktif berbunga dan berbuah. Daun daun yang terlalu
rimbun dan banyak bersulur di pangkas. Pemangkasan daun dan sulur hendaknya di
lakukan secara teratur terutama membuang daun daun tua atau daun rusak yang di
sebabkan oleh serangan hama dan penyakit. Pemangkasan biasanya dilakukan pada
bunga pertama dan stadium pentil yang tumbuh berlebihan. Pemangkasan bunga
pertama bertujuan untuk mendewasakan tanaman ke fase generatif dan tumbuh kuat.
Sedangkan tujuan dari pemangkasan bunga stadium pentil yaitu pada tanaman yang
telah berumur 3-4 hari sejak berbunga, dimaksudkan agar dapat memperoleh buah
berukuran besar dan berkualitas (Rukmana, 1998).
Usaha
tani di kecamatan malangbong telah berlangsung sejak lama. Kegiatan usaha tani
strawberry telah menjadikan fokus mata pencarian petani sehari hari. Hasil dari
usahatani strawberry digunakan petani untuk mencukupi kebutuhan petani dan
keluarga. Petani strawberry tergolong petani kurang maju, karena petani
strawberry di kecamatan malangbong kurang menerima berbagai informasi tentang tentang usaha tani dan belum
terbentuknya kelompok tani. Sehingga petani strawberry mengalami kerugian yang
cukup besar yang diakibatkan karena hujan yang tidak henti-hentinya dan tidak
menerima informasi dari pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut, yang
mengakibatkan buah strawberry menjadi busuk dan pohon-pohon pun menjadi layu.
1.2Perumusan Masalah
1.Bagaimana
motivasi petani strawberry di kecamatan Malangbong ?
2.Faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi tingkat motivasi petani di kecamatan Malangbong ?
3.Bagaimana tingkat
kesejahteraan masyarakat di kecamatan Malangbong ?
1.3Tujuan dan Manfaat
1.3.1Tujuan
1.Untuk
mengetahui seberapa berpengaruhnya
tingkat motivasi terhadap petani di kecamatan Malangbong
2.Untuk
mengetahui apa saja yang mempengaruhi tingkat motivasi petani di kecamatan Malangbong
3.Untuk
mengetahui kesejahteraan masyarakat di kecamatan Malangbong saat terjadinya
penurunan dan kenaikan harga strawberry
1.3.2Manfaat
1.Hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi
petani strawberry
2.Hasil
penelitian bisa jadi masukan terhadap petani strawberry
3.Hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan tambahan informasi bagi peneliti-peneliti selanjutnya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1Tinjauan Pustaka
2.1.1Penelitian Terdahulu
Menurut
Meirani (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat motivasi kerja wanita di
sektor perikanan laut adalah jumlah keluarga, pinjaman modal dan umur. Sedangkan
faktor pendapatan suami memberikan pengaruh nyata terhadap motivasi kerja
wanita di sektor perikanan laut hasil analisis ini menyatakan bahwa motivasi
kerja dengan produktivitas kerja wanita di sektor perikanan laut.
Rismayani
(1991) analisis pengaruh sistem saluran pemasaran terhadap usaha tani singkong.
Studi kasus aktivasi dan pemasara singkong di kecamatan padang hulu, kota Madya
Tebing Tinggi. Metode yang di gunakan adalah metode survey dengan 50 responden menggunakan
simple random sampling. Dari hasil
penelitian dapat di ketahui dalam proses penyampaian singkong dari petani ke
konsumen akhir terdapat dua saluran pemasaran utama yaitu dari petani ke pedang
pengumpul atau tengkulak dan kepada konsumen, dari petani keindustri pengolah,
pasar dan warung. Penelitian yang di teliti seperti informasi (informasi pasar,
harga, teknis) faktor produksi (modal, tenaga kerja, keterampilan) mempunyai
hubungan erat dengan motivasi petani dalam melaksanakan usaha tani singkong.
Rafita (2005)
meneliti dengan judul “analisis agribisnis jeruk pontianak terhadap pendapatan
petani: Studi kasus di kecamatan tebas kabupaten Sambas provinsi Kalimantan
Barat. Penelitian ini menggunakan menggunakan penelitian deskriptif dengan
pendekatan studi kasus, dengan 40 responden menggunakan stratified random sampling. Hasil penelitian adalah pada pengusahan
skala luas lahan 0,5 ha tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup petani baik dengan
tingkat kesejahteraan rendah, sedang dan tinggi: pada luas lahan 1,0 Ha dapat
memenuhi tingkat kesejahteraan rendah, sedangkan pada pengusaha luas lahan 2,0 Ha
dapat memenuhi kebutuhan hidup petani pada tingkat kesejahteraan tinggi.
Menurut
Prasetyo (2006) faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap motivasi petani
pada program cooperative farming
adalah umur, pengalaman, intensitas penyuluhan dan jaminan pasar. Pada
penelitian ini juga menyatakan bahwa motivasi petani berpengaruh tidak nyata
terhadap peningkatan usaha tani padi. Kondisi ini disebabkan karena dua aspekyakni
aspek ekonomi. Pada aspek ekonomi di sebabkan karena dua aspek yakni aspek
ekonomi. Pada aspek ekonomi di sebabkan karena perbedaan harga jual standar kualitas.
Pada aspek sosial di sebabkan karena tingkat partisipasi petani masih rendah. Hasil
penelitian ini juga menyebutkan bahwa tingkat motivasi petani dalam program cooperative farming adalah tinggi dimana
skor tingkat motivasi petani yang diperoleh menyatakan bahwa responden yang
mempunyai tingkat motivasi tinggi sebanyak 27 (90%) orang dan responden yang
mempunyai tingkat motivasi rendah sebanyak 3 orang (10%).
2.1.2Komoditas Strawberry
Menurut
Gunawan (1995) Stroberi merupakan buah yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Daya tarik buah ini terletak pada warnanya yang merah mencolok dengan bentuk
yang mungil, menarik, dan rasanya yang manis segar. Negara penghasil utama
stroberi di dunia adalah Amerika Serikat dengan produksi sekitar 224.000 ton
per tahun dibandingkan dengan luar negeri, usaha stroberi di Indonesia masih
tergolong pada skala kecil.
Tanaman
stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 600-700
mm/tahun. Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam pertumbuhan
adalah 8–10 jam setiap harinya. Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat
beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur 17–20
C0. Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman stroberi
antara 80-90%. Ada beberapa varietas stroberi yang ditanam di Desa Serang,
diantaranya Oso Grande, Sweet Charlie,
dan Santung (Belanda). Namun yang
paling banyak dibudidayakan adalah varietas Oso
Grande karena lebih tahan lama sehingga lebih menguntungkan bagi petani.
Varietas Sweet Charlie buahnya
besar-besar namun tidak tahan lama, sehingga kurang awet apabila dikirim ke
daerah di luar Purbalingga. Bagian yang dikonsumsi dari stroberi mencapai 96%
sedangkan kandungan nutrisi per 100 gram buah (Rukmana, 1998).
2.1.3Teori Motivasi
Motivasi mempersoalkan
bagaimana cara mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan
memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan perusahan.
Teori motivasi di kelompokkan menjadi dua.
1.Teori kepuasan
Teori ini mendasarkan
pendekatanya atas faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang
menyebabkan bertindak dan berperilaku dengan cara tertentu. Teori ini
memusatkan perhatiannya pada faktor-faktor dalam diri orang menguatkan
mengarahkan, mendukung dan menghentikan perilakunya. Teori ini mencoba menjawab
pertanyaan kebutuhan apa yang memuaskan dan mendorong semanagat bekerja
seseorang. Hal yang memotivasi semanagat kerja seseorang adalah untuk memenuhi
kebutuhan dan kepuasan materil maupun non materil yang di perolehnya dari hasil
pekerjaannya.
2.Teori motivasi proses
Teori motivasi proses ini
pada dasarnya berusaha untuk menjawab pertanyaan “bagaimana menguatkan,
mengarahkan, memelihara, dan menghentikan perilaku individu”. Agar setiap
individu bekerja giat sesuai dengan keinginan manajer. Bila di perhatikan secara
mendalam, teori ini merupakan proses “sebab dan akibat” bagaimana seseorang
bekerja serta hasil apa yang akan di perolehnya. Jika bekerja baik saat ini
maka hasilnya akan diperoleh baik hari esok. Hasil yang dicapai tercermin
bagaimana proses kegiatan yang dilakukan seseorang, hasil ini merupakan
kegiatan yang kemaren (Hasibuan, 1996)
Menurut
Siagian (2004) Motivasi merupakan akibat interaksi seseorang dengan situasi
tertentu yang dihadapinya, oleh karena itu terdapat perbedaan dalam kekuatan
dalam motivasi yang ditunjukan oleh seseorang dalam menghadapi situasi tertentu
dibandingkan dengan orang-orang yang lain dalam menghadapi situasi yang sama.
Bahka seseorang akan menunjukan dorongan tertentu dalam menghadapi situasi yang
berbeda dan dalam waktu yang berlainan pula. Berbicara tentang motivasi salah
satu hal yang amat penting untuk diperhatikan
adalah bahwa tingkat motivasi seseorang berbeda dengan tingkat motivasi
orang lain dan pada waktu yang berlainan.
Menurut
salah satu pelopor yang mendalami teori motivasi yaitu Maslow dalam buku Siagian
(2004) bahwa kebutuhan manusia itu dapat diklasifikasikan pada lima khirarki
yaitu :
1.Kebutuhan
fisiologis
Perwujudan
paling nyata dari kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan-kebutuhan pokok manusia
seperti sandang, papan, pangan dan perumahan.kebutuhan ini merupakan kebutuhan
yang paling mendasar bukan saja karena setiap orang membutuhkannya terus
menerus dari lahir hingga ajalnya, akan tetapi tanpa pemuasan berbagai
kebutuhan tersebut seseorang tidakdapat dikatakan hidup secara
normal.
2.Kebutuhan akan
keamanan
Kebutuhan
keamanan harus dilihat dalam arti luas, tidak hanya dilihat dari keamanan fisik
meskipun aspek ini yang sangat penting akan tetapi keamanan yang bersifat
psikologis termasuk perlakuan adil dalam pekerjaan seseorang.
3.Pemuasan kebutuhan
sosial
Telah
umum diterima sebagai kebenaran universal bahwa manusia adalah makhluk sosial.
Biasanya kebutuhan sosial tersebut tercermin dalam empat bentuk “perasaan”
yaitu (1) perasaan diterima oleh oarang lain, (2) harus diterima sebagai
kenyataan bahwa setiap orang mempunya jati diri yang khas dengan segala
kelebihan dan kekurangannya, (3) kebutuhan akan rasa maju, dan (4) kebutuhan
akan perasaan diikut sertakan atau sense of participation.
4.Kebutuhan esteem
Salah
satu ciri dari manusia bahwa dia mempunyai harga diri. Oleh karena itu semua
orang memerlukan pengakuan atas keberadaan dan statusnya oleh orang
lain.keberadaan dan status seseorang biasanya tercermin pada berbagai lambang
yang penggunaannya sering dipandang sebagai hak seseorang.
5.Kebutuhan
aktualisasi diri
Dewasa
ini semakin disadari oleh berbagai kalangan yang semakin luas bahwa dalang diri
tiap manusia terpendam petensi kemampuan yang belum seluruhnya
dikembangkan.adalah hal yang normal apabila dalam meneti karier sesseorang
ingin agar potensinya itu dikembangkan secara sistematik sehingga menjadi
kemampauan yang efektif. Dengan pengembangan demikian seseorang dapat
memberikan sumbangan yang lebih besar bagi kepentingan organisasi dan dengan
demikian meraih
2.1.4Analisis Skoring
Mean adalah nilai rata-rata
dari data (berupa skor) yang di peroleh dari pengumpulan data dimana sebenarnya
besarnya bersifat kuantitas dan tidak bervariasi. Untuk mencari besarnya mean
(simbol yang di gunakan) dapat diperoleh dengan menghitung jumlah skor di bagi
dengan banyaknya responden. Jumlah skor biasanya di simbolkan dengan ∑X
sedangkan banyaknya responden disimbolakan dengan n. Rumusan dengan menghitung besarnya tendensi sentral mean dapat
di formulisasikan sebagai berikut.
Keterangan :
X : Mean
X1-Xn : Skor
responden
n :
Jumlah responden
Rumusan di atas di gunakan
untuk data, di mana frekuensi setiap skornya hanya ada satu jika frekuensi
tiap-tiap skornya lebih dari satu di gunakan rumusan berikut.
Keterangan :
X : Mean
∑fx : Jumlah
Hasil perkalian f dengan x
N :
jumlah responden
Adapun
besar isi kelas pada interval akan mempengaruhi banyak sedikitnya interval
kelas dapat di pakai rumusan sebagai berikut
i
Keterangan :
I : isi
kelas
R : rentang
atau skor tertinggi dikurangi skor terendah (Soepono, 23-27)
Mean Mode
Ada satu formula rumusan lagi, untuk mencari besaran
rata-rata (mean) yaitu mean berkode atau mean tebakan. Rumusan ini sangat
membantu peneliti, menghadapi angka yang besar dalam perhitungan. Adapun formulasi
rumusanya adalah sebagai berikut.
X tb) i
Keterangan :
X tb : Mean berkode
X0 :
Titik kelasyang sesungguhnya
u :
Devisi berkode
∑f.u : Jumlah
seluruh hasil perkalian frekuensi dengan kode.
i : isi
interval kelas
∑f : total
frekuensi
2.1.5Teori Produksi
Fungsi
produksi untuk setiap komoditi adalah suatu persamaan, tabel atau grafik yang
menunjukkan jumlah maksimum komoditi yang dapat di produksi per unit waktu
untuk setiap kombinasi input alternatif, bila menggunakan teknik produksi
terbaik yang tersedia. Suatu fungsi produksi pertanian di peroleh dengan
menggunakan berbagai alternatif jumlah tenaga kerja per unit waktu untuk
menggarap sebidang tanah tertentu yang tetap dan mencatat alternatif output
yang dihasil;kan perunit waktu. (kita akan selalu mengacu pada kasus semacam
ini, dimana paling sedikit satu faktor produksi atau input adalah tetap dalam
jangka pendek). Produk tenaga kerja rata-rata (avarage product of labor= APL)
didefinisikan sebagai produk total (TP) di bagi jumlah unit tenaga kerja yang
di gunakan. Produk tenaga kerja marjinal (Marjinal Product of Labor= MPL)
ditentukan oleh perubahan TP per unit perubahan jumlah tenaga kerja yang di
gunakan.
·Tahap-Tahap
Produksi
Kita
dapat menggunakan hubungan antara kurva APL dan MPL untuk
menentukan tiga tahap produksi bagi penggunaan tenaga kerja. Tahap satu mulai
dari titik nol ketitik di mana APL maksimum. Tahap dua mulai dari
titik APL maksimum samp[ai titik di mana MPL= 0. Tahap
Tigameliputi daerah MPL yang negatif. Produsen tidak akan bekerja
pada tahap tiga, meskipun tenaga kerja tidak dibayar, karena ia dapat menaikkan
output total dengan menggunakan sedikit tenaga kerja pada tahap satu. Tahap 1
bagi penggunaan tenaga kerja seperti tahap tiga bagi penggunaan tanah (MPtanah
Negatif). Dengan demikian hanya tahap dua yang merupakan tahap produksi
bagi produsen yang rasional.
·Produksi
Dengan Dua Input Variabel Isokuan
Kita
sekarang beralih kekasus dimana perusahaan menggunakan dua faktor produksi,
tenaga kerja dan modal, yang keduanya bersifat variabel. Faktor produksi
bersifat variabel maka kita berhubungan dengan analisis hubungan jangka
panjang. Suatu isokuan menunjukkan kombinasi yang berbeda dari tenaga kerja dan
barang modal yang memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan jumlah output
tertentu.
2.1.6Teori Biaya dan Pendapatan
Biaya
produksi, perhatian kita pada mulanya akan di pusatkan pada biaya produksi
perunit, karena manajemen sangat berkepntingan untuk:
1.Menetapkan nilai persediaan yang akan
disajikandalam neraca, artinya beberapa nilai barang yang belum di jual pada
saat tersebut dan sekaligus menjadi nilai awal periode berikutnya
2.Penetapan harga pokok barang yang di jual selama
periode tersebut dalam rangka perhitungan keuntungan. Bila kalkulasi biaya per
unit salah maka baik perhitungan keuntungan maupun nilai persediaan akan salah.
3.Membantu manajemen menentukan sikap dalam
kondisi tertentu. Tanpa di ketahui biaya per unit manajemen akan mengalami
kesulitan dalam penentuan harga jual, menetapkan penambahan atau pengurangan
produksi, membandingkan mana yang lebih menguntungkan membuat sendiri atau
lebih baik membeli komponen bahan baku tertentu, memperluas oprasi atau cukup
di kontrakkan pada pihak lain bila ada pertambahan pesanan, menerima pesanan
husus pada tingkat husus (Rony, 1990)
Kurva biaya
menunjukan biaya produksi minimum pada berbagai tingkat output. Biaya ini
mencangkup biaya eksplisit maupun baik implisit. Biaya eksplisit mencerminkan
pengeluaran aktual yang di keluarkan oleh perusahaan untuk membeli atau menyewa
input yang di perlukan. Biaya implisit mencerminkan nilai input yang dimiliki
ini harus di masukkan atau di perkirakan menurut apa yang mereka peroleh dalam
penggunaan alternatif terbaik. Dalam jangka, jumlah satu atau lebih (tetapi
tidak semua) faktor produksi adalah tetap. Biaya tetap total (TFC) mencerminkan
seluruh kewajiban atau biaya yang di tanggung oleh perusahaan per unit waktu
atas semua input variabel. Biaya Total (TC) adalah TFC di tambah TVC
(Salvatore, 1994)
Pendapatan dapat juga disebut keuntungan merupakan
selisih antara penerimaan total dengan biaya total, dan biaya itu terdiri dari
biaya tetap dan biaya tidak tetap. Secara matematis analisis pendapatan dapat
ditulis sebagai berikut (Soekartawi,1995):
Pd
= TR – TC
TR = Pxi
* Xi
TC = TFC + TVC
Keterangan:
Y : Pendapatan Usahatani
TR : Penerimaan Total
TC : Total Biaya
Pxi :
Harga persatuan
Xi :
Jumlah Fisik dari Input (Produkksi)
FC : Biaya tetap total
VC : biaya tidak
tetap (variabel total)
Biaya diklasifikasikan menjadi dua yaitu (1) biaya tetap
(fixed cost) dan (2) biaya tidak
tetap (variable cost). Biaya tetap
pada umumnya didefinisikan sebagai biaya-biaya yang relatif tetap jumlahnya dan
terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak ataupun sedikit.
Biaya tidak tetap merupakanbiaya yang besarnya berubah-ubahsesuai dengan produksi yang dihasilkan.
Biaya total merupakan jumlah keseluruhan biaya yang digunakan pada saat proses
produksi berlangsung, terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
2.1.7Teori Analisis Regresi
Model regresi
sedemikian itu di anggap sederhana karena hanya mempersoalkan hubungan antara dua
variabel yaitu variabel dependen Y dan variabel dependen X. Tujuan utama
analisis regresi sederhana sedemikian itu adalah guna mengukur intensitas
hubungan antara dua variabel di atas dan membuat prediksi maupun dengan nilai Y
atas dasar nilai X. meskipun demikian pengguna variabel independen tunggal guna
menduga variabel dependen kurang realistis. Ada kalanya rata-rata eceran beras
di pasar pedesaan jawa dan madura bukan saja berhubungan erat dengan jumlah
uang yang beredar, tetapi juga dengan jumlah penduduk, pendapatan rata-rata dan
sebagainya.
Dalam hal di
aatas, suatu variabel yang dependen dapat saja di hubungkan dengan dua atau
lebih dari dua variabel atau lebih dari dua variabel independen. Tehnik regresi
berganda sebenarnya di pakai guna untuk menggambarkan suatu variabel dependen
di bandingkan dengan dua atau lebih dari dua variabel independen.
Analisis
regresi linier berganda linier sedemikian itu sebetulnya di dasarkan pada tiga
asumsi.
1.Distribusi probabilita bersyarat variabel
dependen bagi serangkaian variabel independen mengikuti pola normal atau kurang
lebih normal.
2.Distribusi bersyarat variabel dependen bagi tiap
kombinasi variabel atau independen memiliki varians yang sama.
3.Nilai-nilai variabel dependen harus independen
satu dengan lainnya
Variansi
berganda umumnya di berikan sebagai
Keterangan :
∑x12 : variasi total dari variabel dependen x1
n :
jumlah pasangan observasi
m :
jumlah konstanta dalam persamaan regresi berganda (Dajan, 1986)
Berikut ini
akan saya kemukakan sebuah contoh hitungan mengenai masalah regresi dan
korelasi berganda secara linier dengan menggunakan dua variabel independen. X1
merupakan variabel dependen, X2 dan X3 merupakan variabel
independen, maka modal linier hubungan variabel-variabel di atas secara
berganda menjadi
Y= a + b2 x2+ b3 X3+….+ bn Xn
Keterangan
:
Y :
variabel terikat
X1, X2, Xn : variabel bebas
bo : konstanta
a, b1, b2, bn : koefisien variabel
.
2.2Kerangka Pemikiran
Program pembangunan pertanian pada
hakekatnya merupakan rangkaian upaya untuk memfasilitasi, melayani dan
mendorong berkembangnya sistem agribisnis dan usaha-usaha agribisnis yang
berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan desentralistis guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan pertanian diarahkan kepada pencapaian
tujuan pembangunan pertanian jangka panjang, yaitu sektor agribisnis sebagai
andalan pembangunan nasional. Pengembangan usaha di bidang pertanian
dimaksudkan untuk mengoperasionalkan pembangunan sistem dan usaha agribisnis
secara produktif sehingga mampu memanfaatkan sumberdaya yang ada secara optimal
dan menghasilkan produk-produk pertanian yang memiliki nilai tambah serta
berdaya saing tinggi baik di pasar domestik maupun pasar internasional.
Hortikultura
merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang ditunjang oleh beberapa ilmu
pengetahuan lainnya, seperti agronomi, pemuliaan tanaman dan teknologi benih.
Hortikultura sendiri terbagi menjadi 3 golongan tanaman yakni: tanaman
buah-buahan, tanaman sayuran dan tanaman bunga atau hias. Berdasarkan jenis
krop yang diusahakan hortikultura mencakup bidang ilmu buah-buahan (pamology), sayuran (olericulture), bunga dan tanaman hias (floriculture), serta pertamanan (landscape horticulture).
Komoditas hortikultura yang terdiri
dari tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias merupakan komoditas yang
prospektif untuk dikembangkan karena memiliki pangsa pasar baik dalam negeri
maupun luar negeri yang terus meningkat. Mayoritas
petani di Indonesia lebih banyak mengusahakan tanaman pangan dibandingkan
dengan tanaman hortikultura. Hal ini dikarenakan adanya kebutuhan yang cukup
besar terhadap ketersediaan pangan dan resiko kegagalan yang rendah. Tanaman
hortikultura memerlukan penanganan yang lebih intensif, modal yang besar,
pengetahuan budidaya yang baik serta penggunaan teknologi yang lebih tinggi,
sedangkan petani tradisional cenderung malas untuk mempelajari sesuatu yang
baru.
Usaha tani di kecamatan
malangbong telah berlangsung sejak lama. Kegiatan usaha tani strawberry telah
menjadikan fokus mata pencarian petani sehari hari. Hasil dari usahatani strawberry
digunakan petani untuk mencukupi kebutuhan petani dan keluarga. Petani
strawberry tergolong petani kurang maju, karena petani strawberry di kecamatan
Malangbong kurang menerima berbagai informasi
tentang tentang usaha tani dan belum terbentuknya kelompok tani.
Sehingga petani strawberry mengalami kerugian yang cukup besar yang diakibatkan
karena hujan yang tidak henti-hentinya dan tidak menerima informasi dari
pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut, yang mengakibatkan buah strawberry
menjadi busuk dan pohon-pohon pun menjadi layu.
Setiap orang memilki
motivasi yang berbeda beda untuk bekerja. Petani untuk melakukan pekerjaan
pasti membutuhkan motivasi untuk menangani masalah dalam kegagalan panen. Motivasi
adalah dorongan berasal dari dalam diri maupun luar diri seseorang untuk
mencapai tujuan atau sasaran. Kesejahteraan masyarakat petani strawberry sangat
di pengaruhi oleh pendapatan sehingga jika produksi petani strawberry menurun
maka kesejahteraan petani di kecamatan malangbong juga menurun.
Negara yang beriklim
subtropis mengembangkan pola metode budidaya strawberry selalu di sesuaikan
dengan kondisi musim. Dalam jangka satu tahun dapat dilakukan tiga musim
penanaman yaitu pada musim panas, semi dan dingin. Penanaman pada musim semi (spring planting), sedangkan pada musim
panas disebut strawberry musim panas (summer planting), serta strawberry yang
di tanam pada musim dingin di sebut stawberry musim dingin (winter planting).
Biaya produksi yang dikeluarkan
selama kegiatan usahatani strawberry akan berpengaruh terhadap tingkat
pendapatan. Menyatakan bahwa pendapatan merupakan nilai penerimaan total
produsen dikurangi dengan biaya total yang telah dikeluarkan oleh produsen.
Semakin besar biaya produksi usahatani strawberry
maka semakin kecil pendapatan yang dihasilkan, karena
pendapatan merupakan pengurangan penerimaan dengan biaya produksi. Pendapatan
petani akan lebih besar apabila dapat menekan biaya variabel yang dikeluarkan
dan diimbangi dengan produktivitas yang tinggi. Perhitungan yang dilakukan oleh
petani merupakan suatu
usaha untuk mencapai usaha yang
baik yaitu usahatani yang produktif dan efisien. Usahatani yang produktif
adalah usahatani yang produktivitasnya tinggi
dan usahatani yang
efisien adalah usahatani yang
secara ekonomis menguntungkan.
Setiap kegiatan usahatani pasti
ditujukan untuk mencapai keuntungan dengan memperhitungkan masalah biaya yang
dikeluarkan. Besarnya jumlah pendapatan yang diterima petani dari kegiatan
usahataninya dapat diketahui dengan melakukan analisis pendapatan. Pendapatan
petani dari kegiatan usahatani dapat diketahui dari penerimaan dikurangi dengan
biaya total yang dikeluarkan baik biaya tetap maupun biaya variabel. Pendapatan
maksimal akan diperoleh apabila petani mampu mengalokasikan biaya-biaya yang
dikeluarkan secara optimal.Pendapatan yang tinggi tersebut
diperoleh dengan penggunaan biaya yang berlebihan. Pengetahuan tentang data
biaya dan pendapatan dari suatu kegiatan usahatani sangat diperlukan karena
dapat membantu petani dalam mengambil keputusan pada penggunaan teknologi baru
dengan tujuan untuk mempertinggi produksi usahataninya dengan biaya yang
serendah-rendahnya sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup.
Kegiatan dalam
usahatani selalu bertujuan untuk memperoleh keuntungan, peningkatan pendapatan
dan kesejahteraan petani dan keluarganya. Faktor-faktor yang diperkirakan
berpengaruh terhadap pendapatan petani pada usahatani strawberry antara lain:
jumlah pohon, biaya produksi, harga jual dan jumlah produksi strawberry di
kecamatan Malangbong. Peningkatan pendapatan petani akan mencapai efisiensi
ekonomi yang merupakan tujuan pokok dalam setiap kegiatan usahatani. Besarnya
jumlah pohon strawberrydan luas lahan juga akan berpengaruh terhadap
tingkat pendapatan petani. Tanaman hortikultura (buah-buahan) yang paling
menguntungkan adalah dalam skala besar, yakni pengelolaan berdasarkan jumlah pohon
dan luas lahan beserta banyaknya jumlah produksi strawberry. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya jumlah pohon
strawberrydan
luas lahan beserta banyaknya jumlah produksi buah strawberryakan berpengaruh pada tingkat pendapan
petani strawberry. Jika pendapatan produksi buah strawberry melimpah maka
kesejahteraan petani akan meningkat
Gambar 2.1
Skema
Kerangka Pemikiran
2.3Hipotesis
1.Tingkat motivasi petani kecamatan Malangbong
adalah tinggi dimana skor tingkat motivasi petani yang diperoleh menyatakan
bahwa responden yang mempunyai tingkat motivasi tinggi lebih banyak dari pada
responden yang mempunyai tingkat motivasi rendah.
2.Kesejahteraan petani Malangbong saat ini menurun
yang di akibatkan hasil panen strawberry menurun.
3.Terdapat hubungan nyata antara tingkat produksi
dengan iklim pada usaha tani strawberry di kecamatan Malangbong.
BAB.
3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian
ditentukan dengan menggunakan
metode secara sengaja (purposive method). Daerah penelitian
yang dipilih sebagai obyek penelitian adalah di kecamatan malangbong kabupaten garut dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan
daerah penghasil buah strawberry. Daerah ini juga memiliki potensi
untuk berkembang menjadidaerah penghasil komoditas buah
strawberry
terbesar di kecamatan malangbong
kabupaten garut.
3.2 Metode Penelitian
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini, metode deskriptif
adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian,
metode ini berhendak mengadakan akumulasi data dasar belaka. Pengertian metode
penelitian yang lebih luas, penelitian deskriptif mencangkup metode penelitian
yang lebih luas di luar metode sejarah, eksperimental dan secara umum sering
lebih di beri nama metode survei. Kerja peneliti bukan hanya memberikan
gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji
hipotesi, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu
masalah yang ingin di pecahkan. Dalam mengumpulkan data di gunakan tehnik
wawancara, dengan menggunakan schedule
questionair ataupun interview guide
(Nazir, 2003)
3.3Metode Pengambilan Contoh
Metode pengambilan contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Pengambilan contoh dilakukan dengan metode simple
rendom sampling, kita memikirkan objek penelitian kita sebagai suatu
keseluruhan yang homogen. Adakalanya kita menginginkan suatu ketetapan yang
lebih tajam terhadap masalah yang kita selidiki sehingga kita perlu membagi
terlebih dahulu populasi atas kelas-kelas atau subpopulasi akan memberikan pada
kita dua hal yaitu:
a.Homogenitas
yang lebih nyata di dalam masing masing subpopulasi atau masing masing kelas
b.Memberikan
heterogenitas yang nyata terhadap subpopulasi (Nazir, 2003).
Untuk mengukur ukuran sampel dari populasi, kita
menggunakan rumus Sevilla (1960) sebagai berikut :
n = N
1 + Ne2
Keterangan :
n =
ukuran sampel
N =
ukuran populasi
e = nilai kritis (batas
ketelitian) yang di inginkan (persen kelonggaran atau ketidak telitian karena kesalahan
pengambilan sampel populasi 5%)
Maka hasil
perhitungannya adalah
n = N
1 + N.e2
= 324/1+324*0,052
= 179
Hasil perhitungan dengan menggunakan
rumus Proportioned Stratified Random Sampling, maka didapat jumlah
sampel minimal yang harus diambil secara acak yaitu 179petani strawberry dari jumlah populasi yang ada yaitu 324petani strawberry. Pembagian petani
strawberry tersebut
adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Keadaan
Populasi dan Sampel Petani Strawberry Di Kecamatan Malangbong
Kabupaten Garut
No Jumlah Pohon Populasi
(Orang) Sampel (Orang)
1. <180010860
2. 1800-200010860
3. > 200010859
Jumlah 324179
3.4 Metode
Pengumpulan Data
Metode
pengambilan data dalam penelitian ini sebagian besar dilakukan melalui
penyusunan daftar pertanyaan yang berhubungan dengan masalah penelitian untuk
memperoleh data primer dan ditunjang oleh adanya data sekunder.
1.Data primer, yaitu data yang
diperoleh secara langsung dari responden melalui wawancara berdasarkan daftar
pertanyaan yang telah ditetapkan.
2.Data sekunder, yaitu data yang
diperoleh dari berbagai literatur maupun instansi terkait yang berhubungan
dengan penelitian ini.
3.5 Metode Analisis Data
Untuk menguji permasalahan yang pertama yaitu
mengenai tingkat motivasi petani dalam berusahatani strawberry di kecamatan
Malangbong menggunakan analisis deskriptif dari hasil wawancara yang mendalam
dipandu dengan kuisioner. Batasan penggunaan kuisioner ini adalah menggunakan
teori Maslow, perlu diketahui indikator-indikator
dalam motivasi diberi nilai antara 1-3 menerut teori motivasi yang dikemukakan
oleh Maslow yang meliputi :
1.Kebutuhan Fisik (skor 7-21)
a.Pemenuhan kebutuhan usaha tani (skor 1-3)
b.Pemenuhan kebutuhan pangan (skor 1-3)
c.Pemenuhan kebutuhan sandang (skor 1-3)
d.Pemenuhan kebutuhan papan (skor 1-3)
e.Pemenuhan kebutuhan tersier (skor 1-3)
f.Pemenuhan kebutuhan pendidikan anak (skor 1-3)
g.Pemenuhan kebutuhan kesehatan (skor 1-3)
2.Kebutuhan Keamanan (skor 6-18)
a.Ketenangan dalam aktivitas usaha tani (skor 1-3)
b.Kemudahan dalam memperoleh bibit strawberry (skor 1-3)
c.Kemudahan mendapatkan informasi tentang segala
hal yang berkaitan dengan budidaya strawberry (skor 1-3)
d.Adanya bantuan mengatasi
hama pada tanaman atrawberry (skor
1-3)
e.Kepuasan hasil usaha tani (skor 1-3)
f.Jaminan pasar hasil usaha
tani strawberry (skor 1-3)
3.Kebutuhan Sosial (skor 4-12)
a.Pengaruh kelompok terhadap
usaha tani strawberry (skor 1-3)
b.Aktif dalam organisasi/
kegiatan sosial (skor 1-3)
c.Aktif dalam organisasi
kegiatan/ keagamaan (skor 1-3)
d.Kebutuhan untuk mengikuti
pelatihan usahatani strawberry (skor 1-3)
4.Kebutuhan Penghargaan (skor
4-12)
a.Usaha untuk meningkatkan
hasil usahatani strawberry (skor 1-3)
b.Kebutuhan adanya dukungan
keluarga (skor 1-3)
c.Penghargaan dari orang/
kelompok lain terhadap keberhasilan (skor
1-3)
d.Penghargaan/ bantuan dari
pemerintah terhadap keberhasilan (skor
1-3)
5.Kebutuhan Aktualisasi Diri
(skor 4-12)
a.Semangat dalam aktivitas
usahatani (skor 1-3)
b.Keinginan untuk mendapat
pengetahuan dan keterampilan dalam berusahatani strawberry (skor 1-3)
c.Keinginan untuk
mengembangkan usaha tani strawberry (skor 1-3)
6.Stroberi merupakan buah yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi. Daya tarik buah ini terletak pada warnanya yang merah mencolok
dengan bentuk yang mungil, menarik, dan rasanya yang manis segar.
Untuk menguji hipotesis ke
dua tentang pendapatan yang diperoleh petani dalam
berusahatani strawberry digunakan analisis dengan formula sebagai berikut
(Soekartawi, 1995):
Y = TR – TC
TR = P.Q
TC = TFC + TVC
Keterangan:
Y =
Pendapatan (Rp/ha)
P =
Harga satuan output (Rp/kg)
Q =
Jumlah output yang dijual (kg/ha)
TR =
Total penerimaan (Rp/ha)
TC =
Total biaya (Rp/ha)
TFC =
Total biaya tetap (Rp)
TVC = Total biaya variabel
(Rp/ha)
F = Y (1 + i) n
Berdasar
pada hasil analisis pendapatan di atas, kemudian dianalisis kembali dengan menggunakan compounding factor dengan formula
sebagai berikut:
Untuk menguji
hipotesis ke tiga menggunakan Analisis regresi linier berganda linier
sedemikian itu sebetulnya di dasarkan pada tiga asumsi.
1.Distribusi probabilita bersyarat variabel
dependen bagi serangkaian variabel independen mengikuti pola normal atau kurang
lebih normal.
2.Distribusi bersyarat variabel dependen bagi tiap
kombinasi variabel atau independen memiliki varians yang sama.
3.Nilai-nilai variabel dependen harus independen
satu dengan lainnya
Variansi
berganda umumnya di berikan sebagai
Keterangan :
∑x12 : variasi total dari variabel dependen x1
n :
jumlah pasangan observasi
m :
jumlah konstanta dalam persamaan regresi berganda (Dajan, 1986)
Berikut ini
akan saya kemukakan sebuah contoh hitungan mengenai masalah regresi dan
korelasi berganda secara linier dengan menggunakan dua variabel independen. X1
merupakan variabel dependen, X2 dan X3 merupakan variabel
independen, maka modal linier hubungan variabel-variabel di atas secara
berganda menjadi
Y= a + b2 x2+ b3 X3+….+ bn Xn
Keterangan
:
Y :
variabel terikat
X1, X2, Xn : variabel bebas
bo : konstanta
a, b1, b2, bn : koefisien variabel
3.6 Terminologi
1.Strawberry adalah hortikultura buah yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi
2.Petani strawberry adalah usaha budidaya strawberry
yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari hasil buah strawberry.
3.Motivasi
adalah dorongan baik dari dalam maupun dari luar diri seseorang untuk bekerja
lebih giat demi tercapainya suatu tujuan tertentu.
4.Produktivitas
adalah kemampuan petani strawberry untuk menghasilkan buah strawberry dalam satuan Kwt/ Ton.
5.Produksi
buah strawberry adalah jumlah buah yang dihasilkan oleh
petani strawberry.
6.Keuntungan
adalah selisih total penerimaan dengan total biaya (untuk satu kali panen)
dalam usaha tani strawberry,
dinyatakan dalam satuan rupiah.
7.Kebijakan pemerintah adalah program yang
dijalankan oleh pemerintah yang bertujuan untuk memberikan bantuan baik secara
moral maupun materiil di semua sektor.
Gunawan, Livy
Winata 1996. Stroberi. Jakarta :
Penebar Suadaya
Rukmana, R 1998. Stroberi Budidaya dan Pascapanen. Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI)
Isfaraini, Andri 2007. Studi Koperatif motivasi
tenaga kerja pada agroindustri tape formal dan non formal di kabupaten jember. Skripsi. Jember: Jurusan Sosial
ekonomi pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jember
Mayasari, 2005. Kajian partisipasi dan tingkat motivasi
petani dalam berusaha tani horikultura buah pada kelompok tani Jaya I di desa
Maron wetan kecamatan Maron. Skripsi.
Jember: Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jember.
Hasibuan, Malayu 1996. Organisasi dan Motivasi. PT Gunung Agung Jakarta.
Siagian, Sondang P 2004. Teori Motivasi dan Aplikasinya. PT Asdi Mahasatya, Jakarta.
Soepeno, Bamabang. Statistik Terapan. PT Rineka Cipta
Jakarta.
Rony, Helmi 1990. Akutansi Biaya (pengantar untuk perencanaan
dan pengendalian biaya produksi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Jakarta.
Salvatore, Dominick 1994. Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: Erlangga (Anggota
IKAPI)
Soekartawi 1995. Analisis Usaha tani. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Dajan, Anto 1986. Pengantar Metode Statistika. LP3ES
Indonesia.
Nazir, M 2003. Metode
Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia.
Sevilla, Consuelo G 1960. Pengantar Metode Penelitian.